Minggu, 04 November 2012

Gerimis Romantis

Teringat akan hujan gerimis kecil-kecil pagi itu, ketika aku dan kamu berlari kecil-kecil menghindarinya. Tapi kita tetap basah. Kebahagiaan kecil adalah melihatmu senyum dan tawa itu, walau mukamu basah oleh  percikan hujan bercampur peluh.

Kamu tau, benci setengah matinya dulu aku pada hujan. Yang selalu memisahkan jarak dua manusia dalam keadaan yang tidak mendukung. Teringat aku akan saat dimana aku tinggal sendirian dikurung hujan, hanya berteman secangkir teh hangat dan menyesapi butiran demi butiran kesepian untuk dituangkan dalam tulisan di ruang maya.

Senyum itu, telah mengubah kebencianku. Bahwa tak selamanya basah kuyup yang dibuatnya, serta angin dingin yang dibawanya harus membuatmu lara. Hujan gerimis tak kalah romantis, dibandingkan cerita-cerita ceria yang dibawa salju ataupun musim panas yang lebih bergengsi.

Kita berlari kecil di atas ilalang. Yang tinggal tersisa sedikit putihnya hanya untuk kita. Aku yakin, tidak lama lagi hujan akan membawa lari kapas-kapas putih itu dan menunggu waktu berbulan-bulan untuk membawanya kembali bersama kemarau panjang.

Kita berlari kecil menyusuri jalanan setapak, bergandengan tangan, merekam jejak tawa dan gelak bahagia untuk diabadikan. Hingga tak terasa berganti malam.

Satu hari yang indah bersamamu, hujan, ilalang dan daun-daun dan tentu saja polusi Jakarta dan lampu jalanan di malam hari. Kita lelah. Namun, belum pernah kurasakan sebelumnya, pengantar tidur seindah cerita kita kemarin.

Sabtu, 17 Maret 2012

Mesin Waktu

Kemarin kantorku merayakan ulang tahun dan mengundang salah seorang motivator nasional untuk memberikan motivasi kepada para karyawan. Materinya sih, typical dengan motivator-motivator lain pada umumnya. Know yourself, concern about the law of attraction, maintain integrity, think out of the box and self happiness adalah beberapa poin-poin yang setidaknya saya ingat dari materi yang disampaikan. Sisanya dipenuhi dengan menghayal dapet doorprize :p

Dalam sesi know yourself, sang motivator memberikan beberapa tes menulis dan menggambar untuk memberikan kesadaran tentang persepsi diri kita akan suatu hal. Salah satu yang saya ingat adalah ketika menggambar tikus. Menggambar tikus menghadap ke kiri disimpulkan kalo kita adalah orang yang berorientasi pada masa lalu. Sebaliknya, jika tikusnya menghadap ke kanan, berarti kita orangnya future-minded. Alhamdulillah, entah gimana ceritanya, tikus saya ngadep kanan.

Ngomong-ngomong tentang orientasi waktu, kita kadang menemui bahkan mengalami menjadi orang yang selalu mengeluhkan keadaan dirinya saat ini dengan mengaitkannya dengan masa lalu. "Dulu enak lho, gak kaya gini". Lah, itu kan dulu, ya gak. "Kalo dulu, kita bisa gini-gini, sekarang mah boro-boro". Yaudah, bikin aja mesin waktu dan hidup aja sekalian disana, pikirku.

Ga dipungkiri sih, namanya kita manusia biasa kepikiran past-oriented juga kadang-kadang. Terlepas dari itu semua, selalu ada pelajaran sejarah dari setiap kejadian di masa lalu. Lha tapi kalo tiap hari seperti itu, mengenang memori masa lampau, kapan mau majunya.

Kadang kepikiran, kenapa ya Tuhan gak sekalian membekali hidup kita dengan sebuah mesin waktu sebagai bagian dari penciptaan alam semesta, bumi, isi, penghuni dan takdirnya masing-masing. Jawabannya ya, kenapa iya. Seandainya ni ada yang namanya mesin waktu, orang-orang perfeksionis saya yakin umurnya ga bakalan panjang. Gimana gak, lha wong salah dikit, balik ke masa lalu, ngulangin lagi, salah dikit lagi, balik lagi, restart lagi, gitu aja terus sampe cape. Lalu apa, gak ada pelajaran yang kita ambil dari kesalahan kita. Kita hanya fokus untuk melakukan segala sesuatu dengan benar dan sempurna,dan bersikap intoleran terhadap kesalahan sepele. Kalo gitu ya ngapain juga hidup, sebab kita tidak bisa mencicipi beragam pengalaman dan sisi dunia yang ditawarkan kehidupan kita di saat sekarang.

Orang yang gak bisa move-on adalah salah satu contoh dari past -oriented perception. I've been on that situation, until I finally realized sampe kapan mau hidup seperti itu. Masa lalu ya masa lalu, tidak bisa di "rebbate". Pertanyaannya adalah bukan kenapa dulu, tapi gimana besok. Mungkin kita adalah orang yang pasrah dan let it flow, gimana besok ya liat besok. Enakan gitu, karena kata pak motivator, strategi may change, tapi stay focus.

"Na, kapan kawin?" kata temenku. Dulu sih sensi ditanyain beginian. Jawabnya kan biasanya "doain yah" padahal ngebatin "none of your business". Lain kali jawabnya ganti deh jadi "gimana nanti". Ya gimana nanti sama siapa dan kapan, saya aja gak tau.. Hehehe.. Ngeloyor.




Published with Blogger-droid v2.0.4